• Jelajahi

    Copyright © SPN
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Advertise

    Kisah Pilu Fitri

    Selasa, 21 Oktober 2025, 21.10.25 WIB Last Updated 2025-10-21T17:21:59Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Kisah Pilu Fitri: Ditinggal Suami Dua Hari Sebelum Dilantik Jadi PPPK





    Aceh Singkil (sorot perkara news) — Di teras rumah sederhana, aroma gorengan pisang menyeruak dari wajan kecil yang ditiup angin sore. Di sanalah Melda Safitri (33) menata hidupnya kembali. Dengan hasil jualan gorengan dan minuman seribu rupiah, ibu dua anak ini berjuang melanjutkan hidup setelah diceraikan suaminya — hanya dua hari sebelum pria itu resmi dilantik sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).


    Kisah pilu Fitri viral di media sosial, memantik simpati publik. Bukan hanya karena waktu perceraian yang ironis, tetapi juga karena perjuangan panjangnya mendampingi sang suami sejak awal proses seleksi hingga pelantikan.



    “Saya yang belikan baju Korpri-nya,” tutur Fitri lirih. Ia mengaku membeli seragam pelantikan suaminya dengan uang hasil jualan sayur dan gorengan. “Uangnya dari hasil saya jualan. Saya bantu dia dari nol, dari belum kerja sampai akhirnya diterima jadi PPPK. Tapi justru saya yang ditinggal.”




    Semua bermula dari pertengkaran kecil di dapur pada 14 Agustus 2025. “Dia pulang kerja sore, marah karena tidak ada lauk. Padahal uang belanja saja tidak ada,” kenangnya. Cekcok berlanjut hingga malam, dan tanpa diduga, sang suami mengucapkan kata cerai. “Dia bilang, ‘Kamu Fitri, saya ceraikan satu, dua, tiga,’ lalu pergi membawa bajunya.”



    Tiga hari kemudian, pada 18 Agustus 2025, sang suami dilantik sebagai PPPK. Fitri hanya bisa menahan perih melihat perjuangannya tak berbuah kebahagiaan.



    “Begitu Dapat Rezeki, Saya Ditinggal”



    Fitri menilai, perpisahan mereka bukan karena persoalan rumah tangga semata. Ia menduga, keputusan itu muncul setelah perubahan sikap suaminya pasca dinyatakan lulus PPPK.  
    “Begitu dikasih Allah rezeki, dia malah ceraikan saya. Kalau memang mau cerai, kenapa tidak dari dulu?” ujarnya.



    Kini, dua bulan setelah perpisahan, Fitri masih bertahan dengan usaha kecil di depan rumah. “Saya tidak malu. Saya cuma ingin dihargai. Saya bukan istri yang minta lebih, saya cuma ingin dihormati,” katanya tegas.



    Ditinggalkan, tapi Tidak Menyerah

    Selama pernikahan, Fitri kerap menghadapi tekanan dari keluarga mertua yang menilai dirinya “membebani” sang suami. Namun ia memilih bertahan demi cinta dan anak-anaknya. Kini, setelah semua berlalu, Fitri menegaskan tidak akan membuka pintu untuk kembali.  
    “Kalau pun dia mau balik, saya tidak akan terima lagi. Saya sudah cukup disakiti,” ucapnya mantap.






    Kisah Fitri menarik perhatian banyak pihak. Gerakan Nasional Perlindungan Perempuan dan Anak (Gernas PPA) menyatakan siap memberikan pendampingan hukum dan psikologis.  
    “Kami akan pastikan Ibu Fitri dan anak-anaknya mendapat keadilan. Tidak boleh ada perempuan yang ditinggalkan setelah berjuang dari nol hanya karena pasangannya merasa sudah mapan,” ujar Rica Parlina, Wakil Ketua Umum Gernas PPA.



    Kini, Melda Safitri menjadi simbol keteguhan perempuan sederhana — sosok yang meski disakiti, tetap berdiri tegak menjaga harga dirinya.



    “Saya mungkin tidak punya apa-apa, tapi saya punya harga diri,” tutup Fitri pelan, menatap sisa cahaya sore di halaman rumahnya.  

    (TIM)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini